Majalah Teknik Konstruksi.Com –
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Balai Wilayah Sungai Maluku
SNVT Pembangunan Bendungan BWS Maluku
PPK Bendungan Way Apu
Kepala Balai (Kabalai) Wilayah Sungai Maluku, Marva Ranla Ibnu, ST, MT. , menyampaikan bahwa Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku memiliki tugas pokok seperti halnya di balai wilayah sungai lainnya yaitu untuk melakukan Pengelolaan Sumber Daya Air, meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan, dalam rangka Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan Pengendalian Daya Rusak Air. Sementara saat ini, kegiatan infrastruktur di BWS Maluku yang terkait dengan Konservasi Sumber Daya Air & Pendayagunaan Sumber Daya Air adalah Pembangunan Bendungan Way Apu yang dilaksanakan dengan membagi pekerjaan menjadi dua paket. Kabalai Marva menjelaskan, “Pembangunan bendungan pada prinsipnya sama, antara bendungan yang satu dengan bendungan lainnya. Namun, perbedaannnya pada umumnya terletak pada kondisi geologi dimana lokasi bendungan tersebut dibangun. Apabila kondisi geologinya jelek, otomatis perlu treatment. Hal itu (salah satu penyebab) yang berakibat skedul proyek tersebut akan bergeser waktu maupun biayanya. Kalau beranggapan itu (kondisi geologi) sudah ada pada desain awal, hal itu tidak ada jaminan. Dikarenakan titik-titik pengeboran pada investigasinya (awal desain) tidak rapat.”
# Tantangan Pembangunan Bendungan Way Apu #
“Lokasi proyek pembangunan Bendungan Way Apu, jaraknya dari Kota Ambon jika ditempuh lewat darat dan lewat air karena harus menyeberang, kurang lebih 7 hingga 8 jam. Lokasi proyek yang jauh dari kota, sehingga jangkauan sinyal (proveder) juga kurang bagus. Akibatnya, komunikasi melalui telephon maupun internet sering terganggu, karena sering tidak ada sinyal. Kendala lainnya, belum ada PLTA dan masih menggunakan Genset solar untuk jaringan listrik, dan listrik sering mati jika hujan,” ungkap Kabalai Marva.
Terkait tantangan atau kendala non teknis lainnya pada pembangunan Bendungan Way Apu, Kepala SNVT (Kasatker) Pembangunan Bendungan BWS Maluku, Amaraldo Azmi, ST, MPSDA menambahkan diwaktu yang berbeda ; “Adanya masalah sosial, terutama proses pembebasan lahan yang cukup lama. Sepanjang 2 tahun awal, lebih banyak mengurus pembebasan lahan dikarenakan ‘alot’nya negosiasi, terkait besaran biaya ganti rugi lahan dengan warga terdampak lahan pembangungan Bendungan Way Apu. Selain itu, kendala cuaca ekstrim, terutama hujan yang masih sering terjadi hampir sepanjang tahun. Ditambah adanya Pandemi Covid 19, mengakibatkan mobilisasi alat dan tenaga kerja mengalami keterlambatan. Juga adanya Rekomposisi Anggaran sampai dengan tahun 2023.” Sedangkan kendala teknis yang terjadi, lanjut Amaraldo, masih banyak longsoran pada area pekerjaan. Rendahnya nilai RQD (Rock Quality Designation) pada batuan Shale / Serpih di lokasi Bendungan Way Apu, yang menyebabkan kondisi batuan mudah hancur atau lapuk jika terkena air dan perubahan cuaca.
Hal senada diungkapkan oleh PPK Bendungan Way Apu, Albi Daniel H, ST. , bahwa Bendungan Way Apu merupakan tipe bendungan Urugan Random Batu Inti Tegak, yang secara geologi berada di endapan permukaan dan batuan malihan (Metamorf) dengan jenis Sekis dan Shale, yang memiliki sifat ketika dilakukan penggalian dan pembongkaran akan dengan cepat hancur dan kurang memiliki kekuatan pada umumnya jenis batuan yang ada. Sehingga ketika dilakukan penggalian dan pembongkaran tersebut, diharapkan melakukan proteksi dan pengecekan terhadap kekuatan batuan, yang secara teknis agar tidak mengakibatkan kelongsoran atau pun sliding.Batuan Metamorf (Sekis) ini, sebagai dasar pondasi bendungan.Saat ini untuk upstream dan downstream bendungan, yang masih terdapat batuan endapan permukaan yang mudah lepas dan kurang baik untuk dudukan timbunan zona 4, yang harus dikupas dan dibuang untuk mendapatkan pile di batuan Metamorf (Sekis). “Sementara terkait ketersediaan material timbunan, sampai saat ini kami melakukan investigasi terhadap data perencanaan, yang membutuhkan material dengan total kebutuhan lebih kurang 3 juta material, untuk beberapa zona timbunan bendungan,” ujarnya.
Jenis geologi di lokasi proyek yang berpengaruh pada pekerjaan galian terowongan, Albi menjelaskan bahwa akan dilakukan pemetaan geologi guna mengukur nilai RMR batuan yang berpengaruh terhadap panjang galian diijinkan, yang secara perencanaan memiliki stand up time 10 jam untuk span 2,5 meter. Juga berpengaruh terhadap daya dukung pada terowongan yang dilaksanakan (steel rib, rockbolt, forepoling) dan selalu mengikuti spesifikasi teknis dan standar serta prosedur yang ada. Sementara terkait perubahan desain atau penambahan desain, menurutnya, ada penambahan pekerjaan Bottom Oulet di Terowongan Pengelak, yang kebutuhannya untuk kepentingan maintenance bendungan dan pemeliharaan sungai pada saat masa impounding bendungan, yang didesain awal belum ada. Oleh karena itu, dibutuhkan perhitungan dan perubahan desain di Terowongan Pengelak, yang saat ini prosesnya masih berkoordinasi dan melakukan diskusi dengan Balai Teknik Bendungan dan Komisi Keamanan Bendungan.
# Uraian selengkapnya bisa dibaca di Majalah TEKNIK KONSTRUKSI edisi September 2021, dapat diperoleh di Toko Buku terdekat.
Edisi terbaru terbit tiap bulan dan yang ingin berlangganan silahkan hubungi Whatshaap di web ini: majalahteknikkonstruksi.com
Sisa stock edisi bulan sebelumnya bisa diperoleh di Tokopedia.