Majalah TEKNIK KONSTRUKSI. Com
#Pembangunan Bendungan Bagong Terkendala Pembebasan Lahan#
Tujuan utama pembangunan Bendungan Bagong di Kabupaten Trenggalek, untuk pengembangan dan peningkatan Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Trenggalek seluas 1.021 hektar. Bendungan Bagong juga diproyeksi dapat mendukung kebutuhan air baku di Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek sebesar 153 liter/detik. Dengan luas genangan 73,45 hektar, nantinya Bendungan Bagong juga berfungsi untuk mengurangi debit banjir Sungai Bagong sebesar 78,44%, sekaligus konservasi DAS Bagong, dan potensi pariwisata. Namun, saat ini pembangunan Bendungan Bagong belum bisa bergerak cepat, akibat dari pembebasan lahan belum tuntas.
Kepala SNVT Pembangunan Bendungan BBWS Brantas, Yogi Pandhu Satriyawan, ST, MT. , mengungkapkan ; “Seperti halnya proyek pembangunan bendungan lainnya, tantangan utama atau kendala dalam pembangunan Bendungan Bagong ini adalah masalah pembebasan lahan yang hingga kini belum tuntas. Harapan kami, faktor kendala yang dominan itu yaitu permasalahan sosial bisa cepat selesai.”
Pekerjaan belum bisa optimal dikerjakan, sambungnya, akibat permasalahan tanah tersebut. Namun bisa dimulai dari paket satu, pekerjaan yang berada di sandaran kanan Main Dam. Selain masalah sosial, juga adanya masalah teknis terkait dengan kondisi geologis Bendungan Bagong, karena tanahnya berupa tanah Koluvial. Hal tersebut sedang dibahas dengan Balai Teknik Bendungan, untuk diputuskan treatment seperti apa yang akan digunakan selanjutnya.
“Dibangunnya Bendungan Bagong ini, bermanfaat menambah penyediaan air irigasi, penyediaan air baku dan industri, dan pengendali banjir di Kota Trenggalek. Bendungan Bagong dibangun pemerintah melalui BBWS Brantas, Ditjen SDA, Kementerian PUPR, dengan tujuan utama untuk pengembangan dan peningkatan Daerah Irigasi (DI) di Trenggalek seluas 1.021 hektar. Bendungan Bagong juga diproyeksi dapat mendukung kebutuhan air baku di Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek, sebesar 153 liter / detik. Dengan luas genangan 73,45 hektar, Bendungan Bagong juga berfungsi untuk debit banjir Sungai Bagong sebesar 78,44%, sekaligus konservasi DAS Bagong serta potensi pariwisata,” jelasnya.
Dengan selesainya pembangunan Bendungan Bagong nantinya, akan menambah daftar jumlah tampungan air di Jawa Timur, yang dibangun melalui BBWS Brantas. Jauh sebelumnya, melalui BBWS Brantas telah diselesaikan beberapa pembangunan bendungan. Antara lain : Bendungan Nipah di Kabupaten Sampang, Bendungan Bajulmati di Kabupaten Banyuwangi, Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek, dan Bendungan Semantok di Kabupaten Nganjuk.
Pembangunan Bendungan Bagong sesuai kontrak telah dimulai sejak 27 Desember 2018, melalui dua paket pekerjaan dengan nilai kontrak total ± Rp 1,6 triliun. Pekerjaan Paket I dilaksanakan oleh kontraktor ABIPRAYA – SACNA, KSO. Pekerjaan Paket II dilaksanakan kontraktor PP – Jatiwangi, KSO. Sedangkan Konsultan Supervisi oleh PT. Mettana Supervisi: PT. Raya Konsult – PT. Ciriajasa – PT. Brahma Seta Indonesia, KSO.
PPK Bendungan Bagong BBWS Brantas, Budiyono, ST. , menjelaskan, bahwa Bendungan Bagong didesain dengan tipe Urugan Zonal dengan Inti Tegak dengan tinggi puncak 82 meter dan panjang 620 meter. Awal kontrak proyek pembangunan Bendungan Bagong sekitar bulan Desember 2018, sedangkan pengadaan tanah mulai pertengahan tahun 2019.
Untuk masalah pengadaan tanah atau lahan termasuk sulit, ungkapnya, dikarenakan penduduk atau masyarakat Desa Sengon dan Desa Semurup yang terdampak menghendaki adanya relokasi permukiman kembali. Sementara itu, sistem pengadaan tanah di BBWS Brantas adalah ganti rugi atau tepatnya ganti untung, dan tidak ada relokasi permukiman kembali. Dilain pihak, Pemda Trenggalek menginginkan setengah dari lahan yang dibebaskan bisa direlokasikan. Lahan proyek Bendungan Bagong adalah lahan IPPKH (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan – red ), mungkin dianggap mudah untuk bisa relokasi. Pihak BBWS Brantas juga membantu Pemda Trenggalek koordinasi ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tetapi ditolak karena relokasi yang diminta berada jauh di luar dari lokasi Proyek Bendungan Bagong.
“Lahan relokasi yang diajukan berada di Kabupaten Pacitan, dan terdapat 2 alternatif lokasi. Pertama, berada di tengah permukiman penduduk yang sudah ada. Kedua, yang berada di pinggir hutan. Pemda Kabupaten Pacitan keberatan kalau di tengah permukiman yang sudah ada penduduknya, karena bisa mengganggu Tata Letak yang sudah ditata sebelumnya. Pemda Pacitan menginginkan area yang di pinggir hutan. Luas lahan di pinggir hutan ± 60 hektar,sehingga butuh rekomendasi dari Bupati Pacitan kepada Gubernur Jawa Timur, karena luas lahan yang akan direlokasi di atas 5 hektar,” ujarnya.
“Harga tanah yang rencana untuk relokasi pinggir hutan di Kabupaten Pacitan lebih murah, dari nilai penggantian tanah di Kabupaten Trenggalek. Sehingga masyarakat yang terdampak, akan mendapat ganti untung,” ucap Budiyono.
Menurutnya, pengadaan tanah untuk area sandaran kiri Main Dam masih ada ±115 bidang tanah atau seluas 8 hektar, yang belum bisa dilakukan aktifitas pembangunan. Khususnya lahan milik masyarakat Desa Semurup, yang sulit memahami pentingnya pembangunan Bendungan Bagong ini, yang berada di area sandaran kiri bendungan hingga kini masih banyak area yang belum bisa dikerjakan. Berbeda halnya, dengan masyarakat Desa Sengon yang lahannya berada di sandaran kanan bendungan, masyarakatnya lebih terbuka dan bisa memahami pentingnya pembangunan Bendungan Bagong. Sehingga area sandaran kanan bendungan masih bisa dikerjakan.
“Jadi masalah utama dalam pembangunan Bendungan Bagong yakni ± 80% adalah masalah lahan, terutama sulitnya memberi pengertian kepada masyarakat Desa Semurup. Sedangkan yang terkait perubahan desain, saat ini terjadi pada pekerjaan perbaikan pondasi Bendungan Utama dan kedalaman pondasi pada Spillway. Pekerjaan galian pondasi Spillway yang sudah dikerjakan sesuai rencana desain awal. Namun, belum menemukan lapisan batu atau tanah keras. Sehingga dilakukan penggalian lebih dalam lagi, dan nanti dievaluasi bersama Tim Teknis Bendungan dari Balai Teknik Bendungan. Hal tersebut dikoordinasikan untuk mendapatkan solusi yang optimal,” jelas PPK Bendungan Bagong BBWS Brantas ini. []Umi.S
Baca juga : Pembangunan Bendungan Bagong Paket I
Baca juga : Pembangunan Bendungan Bagong Paket II