Majalah Teknik Konstruksi.Com – PROFIL Edisi DESEMBER 2021
# Ir.Bastari, M.Eng. Profil Yang Kuat Dalam Dunia Pengairan #
Bekerja adalah ibadah, dan bekerja di bidang air sepanjang karir adalah kemuliaan tersendiri. Air sebagai sumber kehidupan, dari hujan ke sungai air terbendung dalam waduk, kemudian dialirkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Penduduk sekitar terpenuhi kebutuhan air baku di masa kering, begitupula di musim penghujan air terbendung mengurangi resiko banjir membuat masyarakat lebih merasa aman.
Lulus tahun 1991 dari Universitas Sriwijaya, Bastari langsung bekerja. Masa itu memang masih mudah mencari pekerjaan, apalagi bekal insinyur dari universitas negeri. Dari informasi surat kabar, ia melamar di perusahaan kontraktor swasta nasional di Jakarta, PT. Silkar Nasional, diterima dan langsung ditugaskan di Palu, Sulawesi Tengah, yakni di proyek pembangunan Gedung (Power House) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Silae, Palu. Satu tahun berikutnya di Batam, Kepulauan Riau, masih proyek pembangunan Gedung (Power House) PLTD Sekupang. Di tahun ketiganya tepatnya tahun 1993, ia mengerjakan proyek pembangunan Flyover Kebayoran Lama. Di Jakarta inilah, ia terpikir untuk menjadi pegawai negeri. Lebih bisa tetap, pikirnya. Tahun1994, ia melamar bekerja di Departemen Pekerjaan Umum. Lamarannya untuk Direktorat Jenderal Bina Marga, namun keterimanya di Sumber Daya Air, dulunya bernama Direktorat Jenderal Pengairan.
Bastari memulai karirnya di Direktorat Bina Program, dan pada tahun 1998 Ia mendapatkan beasiswa kuliah S2 ke Jepang melalui Overseas Training Office (OTO) di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Bisa disebut juga Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Pembangunan (Pusdiklatrenbang) Bappenas. Dari Strata Dua (S2) ini, Bastari bisa belajar pendalaman bidang air, Water Resource Management, di Yamanashi University, di Kota Kofu sekitar dua jam dari Tokyo. Kuliah sampai lulus di tahun 2001, beda dengan sekarang yang kuliahnya bisa cepat. Dulu setahun diisi dengan belajar Bahasa Jepang dan sebagai Research Student (Kenkyu Sei) lebih dulu, baru kuliah Master selama dua tahun. Ia mengambil program regular, maka pengantarnya adalah Bahasa Jepang. Sulitnya belajar huruf kanji adalah perjuangan tersendiri, hingga harus mencari-cari buku-buku panduan hingga ke Tokyo dan Singapura. Namun, dari program belajar di Jepang inilah Ia bisa merasakan, dunia pendidikan Jepang bagaimana pengajar-pengajarnya membekali diri dengan riset yang harus disertai ketekunan dan disiplin yang begitu kuat.
Setelah menyelesaikan studinya di Jepang Ir.Bastari, M.Eng., kembali ke Bina Program. Tak lama kemudian, ditugaskan menjadi Asisten Teknik di Bagian Proyek Pengendalian Banjir Pemali-Comal di Tegal selama 2 tahun. Mengerjakan Perbaikan dan Peningkatan Tanggul Sungai Pemali di Brebes, serta Sungai Pekalongan di Pekalongan. Sempat juga membangun jembatan di Kaligangsa, diantara Kota Brebes dan Kota Tegal. Dari pekerjaan menormalisasi sungainya itu, maka jembatan yang ada sebelumnya bentangnya kurang, tinggi jagaan dari Muka Air Banjir juga kurang, sehingga harus di-upgrade. Diganti jembatan baru yang lebih Panjang bentangnya dan lebih tinggi , sekaligus menambah lajur lagi, yang tadinya dua lajur menjadi empat lajur jalan. “Nah, satu-satunya sepanjang Pantura, jembatan itu yang membangun orang SDA,” kenangnya akan pekerjaan konstruksi pertamanya di PU.
Di Pantura, Ir.Bastari M.Eng., juga mengerjakan sodetan Banger di Pekalongan. Pimbagpro-nya ialah (alm) Asep Suharto,ME., saat itu beliau seorang yang juga berjasa bagi keahlian dan karirnya sekarang. ”Saya sebagai asisten teknik, baru setelah 2 tahun menjadi Pimbagpro Pembinaan Perencanaan ,” jelasnya. Tahun 2002 hingga 2003 di Tegal, berlanjut di Tahun 2004 hingga 2008 ditugaskan di Semarang. Awal di Semarang, ia menjabat sebagai Pimbagpro Pembinaan Perencanaan, berlanjut selama empat tahun, sebagai Pimbagpel SKS (Satuan Kerja Sementara) dan Kasi Program merangkap PPK Perencanaan Program, dari awalnya Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai Jratunseluna hingga ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana.
Enam tahun ditugaskan berkecimpung dengan sungai di Jawa Tengah, Ir.Bastari M.Eng., mendapat mutasi ke Jakarta pada tahun 2008. Di Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, di tahun pertamanya ditugaskan sebagai PPK Perencanaan Program dan merangkap juga sebagai Kasi Perencanaan. Setahun kemudian, tepatnya tahun 2009 ditugaskan sebagai PPK Pengendalian Banjir. ”Ada dua PPK di sana, ada Banjir Kanal Timur atau BKT, dan sungai-sungai lainnya. Saya yang di sungai-sungai lainnya atau bisa dikatakan non BKT tetapi cakupannya termasuk Banjir Kanal Barat, Sungai Pesanggerahan, Sungai Angke, Sungai Sunter, dan sungai lainnya termasuk Sungai Bekasi dan Sungai Cisadane di Tangerang,” jelasnya.
Amanah yang penuh tantangan untuk wilayah Ibu Kota. Pekerjaan banyak sekali, termasuk tingkat permasalahan sosial yang sangat tinggi. Juga ketika dilanda banjir, ditambah jika terdapat tebing sungai yang longsor maupun tanggul yang jebol. Hal itu semua menjadi tantangan baginya, yang sangat luar biasa. Sampai sekarang tak terlupakan. Diantaranya, terjadi longsor di Banjir Kanal Barat dan Tanggul Latuharhari yang jebol adalah dua contoh kejadian yang tak terlupakan. Dalam kondisi darurat seperti itu, kecepatan penanganan pada kondisi lapangan yang ada dan dengan mengoptimalkan sumberdaya alat, bahan dan tenaga yang ada melalui koordinasi berbagai pihak terkait, sangat diperlukan dalam memberikan rasa aman kepada masyarakat terdampak.
Beberapa proyek yang merupakan inovasi di BBWS Ciliwung-Cisadane pada waktu itu antara lain, pekerjaan penambahan pintu air manggarai, dengan membuat box culvert baru dibawah rel kereta api dengan Metode Jacking. Juga memulai penggunaan Metode Tunnel Boring Machine (TBM) pada pembuatan Sudetan dari Kali Ciliwung ke Kali Cipinang, untuk dialirkan ke Banjir Kanal Timur. Berikutnya, penggunaan Metode Inner Boring untuk pemancangan Spunpile pada pembangunan Tanggul Pantai di Muara Baru dan Kali Baru sebagai bagian dari Proyek NCICD / PTPIN, hingga persiapan Pembangunan Bendungan Kering (Dry Dam) Ciawi dan Sukamahi.
Pengalaman menarik selama bertugas di BBWS Ciliwung-Cisadane adalah pada tahun 2012, pada saat menjabat Kabid Pelaksanaan dan PPK Pengendalian Banjir, mendapat kunjungan Bapak Joko Widodo (Jokowi) yang masih sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Pada saat itu beberapa pejabat yang hadir, agak enggan untuk mendekat dan memberi penjelasan langsung karena segan dengan Gubernur Petahana dan tidak mengira Pak Jokowi akan terpilih menjadi Gubernur bahkan menjadi Presiden RI seperti sekarang ini.
Ir.Bastari M.Eng bertugas di BBWS Ciliwung-Cisadane mulai di masa kepemimpinan Kepala Balai Ir. Pitoyo Subandrio, Dipl. HE, Ir. Imam Santoso, M.Sc, hingga Ir. Teuku Iskandar, MT. Sungguh menjadi pengalaman sembilan tahun yang luar biasa. Awal tahun 2017, ia berpindah tugas diberi amanah sebagai Kepala Balai Bendungan, yang saat ini bernama Balai Teknik Bendungan. “Di bawah Pemerintahan Presiden Jokowi, kita tahu banyak sekali program pembangunan infrastruktur termasuk bendungan. Sebagai Kepala Balai Bendungan waktu itu, tentunya tantangan yang luar biasa besarnya karena harus mengawal Pembangunan Bendungan dari sisi Keamanan Bendungan yang memang memiliki Resiko yang tinggi sehingga Pembangunan Bendungan harus mengikuti kaidah-kaidah ‘Konsepsi Keamanan Bendungan’ agar aman secara Struktur, Rembesan dan Hidrolik, baik pada masa pembangunan dan setelah terbangun, aman pada saat Operasi dan Pemeliharaan serta memiliki Kesiapsiagaan Darurat melalui Rencan Tindak Darurat (RTD),” ungkapnya.
Suasana Sidang Pleno Komisi Keamanan Bendungan yang dihadiri para anggota KKB dan PLT Dirjen SDA.
Kepala Balai Bendungan sebagai Sekretaris Komisi Keamanan Bendungan, yang diketuai oleh Dirjen Sumber Daya Air bertugas mulai dari mempersiapkan usulan Persetujuan Desain dan izin Pelaksanaan Konstruksi untuk bendungan baru yang tidak hanya 65 Bendungan Pemerintah tapi juga Bendungan yang dibangun pihak swasta. Kemudian dalam tahap pelaksanaan dilakukan juga Inspeksi Pelaksanaan Konstruksi, dan dalam tahap penyelesaian Pembangun Bendungan harus mendapatkan Izin penggenangan awal waduk, hingga Izin Operasi Bendungan. Untuk Bendungan lama yang berjumlah 231 Bendungan, juga setiap 5 tahun sekali harus dilakukan Inspeksi besar untuk mendapatkan Rekomendasi Layak Operasi dari Komisi Keamanan Bendungan.
Pada tahun 2019 di Balai Bendungan, Ia mendapat tugas pada proyek perubahan terbaik pada Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II tahun 2019, dengan judul Strategi Implementasi Pembangunan dan Penanganan Keamanan Bendungan untuk Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang Bangun. Tiga tahun selaku Kepala Balai Bendungan di Jakarta, kemudian dipercayakan memimpin Balai Wilayah Sungai di Manado, Sulawesi Utara. Ir.Bastari M.Eng mengepalai Balai Wilayah Sungai Sulawesi I, yang menurutnya sangat berkesan karena ia memulai tugas barunya tersebut pada Juni tahun 2020, yakni di masa awal-awal Covid-19 yang ditetapkan sebagai pandemi dan diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Dalam guyonon atau kelakar diatara para sahabatnya, masa tugasnya ini disebut ‘tugas tiga belas setengah bulan, serasa tugas tiga tahun’, karena tidak pernah bisa pulang ke Jakarta. Padahal dalam masa normal, sebagai Kabalai pasti disibukkan bolak-balik ke Jakarta untuk rapat di kantor pusat, yang sekaligus bisa menjadi kesempatan untuk bertemu keluarga di Jakarta.
“Pesan Bapak Menteri PUPR, selama awal pandemi Kepala Balai tidak boleh meninggalkan wilayah tugas. Hal itu adalah konsekuensi tugas. Selama pandemi setahun lebih, saya hanya pulang satu kali untuk keperluan medical check-up, inipun harus minta izin Bapak Menteri. Izin melalui pesan sms dari siang kepada Bapak Menteri dan baru dijawab malam harinya dengan dua huruf, OK, senangnya minta ampun,” cerita Bastari dengan senyum sumringah. Namun demikian, semua masih dalam kondisi lingkungan kerja yang positif selama ia harus stay di Manado yaitu sekitar satu tahun lebih. Sangat dinikmatinya suasana kerja yang mendukung, pekerjaan proyek pembangunan Bendungan Kuwil Kawangkoan dan Bendungan Lolak. Ditambah alam yang indah, kuliner ikan yang segar sebagai makanan kesukaannya menjadi menyenangkan. Bahkan, Ia mengisi waktu akhir pekannya di lapangan/proyek. Bukan cuma urusan bendungan saja, ia pun keliling inspeksi ke berbagai proyek dan turun langsung dalam penanganan banjir di sana.
Banjir besar yang menimpa Kota Manado dan sekitarnya dari luapan Sungai Sario dan Tikala pada tanggal 14 Januari 2021 Ir.Bastari M.Eng., ikut membantu penanganannya. Menteri PUPR Bapak Basuki Hadimuljono menanyakan, besar mana banjir saat ini (2021) dengan banjir 2014 dulu? Ia mencari tahu, ada informasi yang keliru, sehingga tersiar kabar banjir awal tahun 2021 lebih parah dari tahun 2014. Itu informasi yang fatal baginya di tengah bencana. Ini menjadi momentum baginya untuk dekat dengan awak media. Saat itu juga, ia langsung berinisiatif untuk melakukan klarifikasi akan kondisi yang sebenarnya. Serta menjabarkan pula tentang penanganan yang sedang dilakukan. Diperkuat lagi, dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk penanggulangan banjir ke depannya. Rencana aksi penanganan banjir tersebut, merupakan hasil koordinasi dan komitmen bersama dari Pemerintah Provinsi Sulut melalui Sekda dan Asisten II, Walikota Manado, BPBD, BPJN Sulut, dan Balai Perumahan (BP2P) Sulawesi I. Selama bertugas di BWS Sulawesi I, telah dimulai juga Pekerjaan Multiyears Revitalisasi Danau Tondano dan Kerjasama Kodam XIII Merdeka dengan BWS Sulawesi I untuk Pemeliharaan Danau Tondano yang merupakan salah satu dari 15 Danau Prioritas dan juga merupakan sebagai Kawasan Pendukung KEK-KSPN Likupang.
.
Bersama Menteri PUPR dan Bupati Minahasa membahas Revitalisasai dan Pengembangan Danau Tondano.
Bersama Tim BWS Sulawesi I, dan Pelaksana Konstruksi Bendungan Kuwil Kawangkoan, Provinsi Sulawesi Utara.
Bastari sangat memahami konsep Pentahelix akan keterbukaan dan sinergi. Multipihak bersinergi dimana unsur Pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media bersatu padu. “Informasi yang sebenarnya dan positif perlu disampaikan, yang akan membangun tingkat kepercayaan di masyarakat,” paparnya. Pemahaman ini pula, yang membuatnya bisa segera menyelesaikan kendala-kendala yang ada di Bendungan Kuwil Kawangkoan di Minahasa Utara dan Bendungan Lolak di Bolaang Mongondow. Di masa sebelumnya, saat ia belum ditugaskan di sana, dua bendungan itu menghadapi banyak tantangan, baik sosial dan teknis.
Sebelumnya sempat terhambat progresnya, ujarnya, untuk Bendungan Lolak terbentur masalah material. Sehingga penyelesaiannya terhambat, termasuk permasalahan lahannya. Namun, akhirnya bisa terselesaikan. Terakhir tersisa satu lahan pada areal konstruksi, yaitu yang berada di area peruntukan saddle dam yang dapat menghambat jadwal impounding. Sekalipun sudah berkoordinasi dengan Kapolda Sulut dan Kapolres Bolaang Mongondow dan sudah ada perintah eksekusi penggusuran, Ir.Bastari M.Eng selaku Kepala Balai di sana tetap mengedepankan pendekatan secara humanis dengan pemilik lahan. “Syukurlah bisa tercapai kesepakatan sehari sebelum tindakan eksekusi , sehingga sekarang sudah berlanjut untuk penyelesaian pembangunan Bendungan Lolak,” ungkapnya lega.
Dalam lini masa yang relatif cepat dan rapat, sejak pertengahan tahun 2021 ini Ir.Bastari M.Eng. , dipercaya memimpin Balai Besar Wilayah Citarum. Tanggung jawab yang lebih besar dan tantangan yang juga lebih kompleks. Program persiapan menghadapi musim banjir akhir tahun 2021 dan awal tahun 2022 langsung ia kerjakan. Walkthrough pra banjir, titik kritis harus segera ditangani, di musim hujan harus siaga terus. Seperti di Citarum Hilir ini, tanggul-tangul lama yang masih berupa tanggul tanah, sangat rawan terjadi longsor, limpas dan jebol. “Kemarin sudah diidentifikasi ada 55 titik yang kritis, 25 titik sangat kritis dan baru tertangani 7, masih 18 lagi. Demikian pula untuk Sungai Cipunegara terdapat 14 tanggul kritis yang harus segera ditangani. Alhamdulillah permintaan tambahan dana dan bahan banjiran, untuk penanganan mendesak tersebut sudah disetujui oleh Pak Dirjen dan Revisi DIPA Satker OP sudah keluar sehingga saat ini sudah dalam proses pekerjaan. Semua itu tantangan bagi saya sekarang, selain juga penyelesaian kolam retensi Andir di Citarum Hulu. Masih kejar waktu hingga akhir tahun 2021 ini,” jelasnya.
Proyek Prioritas lain yang ada di BBWS Citarum antara lain adalah Pembangunan Bendungan Sadawarna di Kabupaten Subang dan rencana Pembangunan Bendungan Cibeet dan Cijurey di Kabupaten Bogor serta Pelaksanaan Program SIMURP (Strategic Irrigation Modenization and Urgent Rehabilitation Project) di DI Jatiluhur.
.
Bersama Dirjen SDA dan Tim Pelaksana Bendungan Sadawarna , Kab.Subang, Prov.Jawa Barat.
Jarak tugasnya yang tak jauh dari Jakarta, membuatnya bisa lebih dekat lagi dengan keluarga. Istri beserta kedua anaknya yang justru mengunjunginya di akhir pekan. Berkumpul intens kembali dengan putranya yang kini telah menginjak Tingkat Akhir pendidikan Teknik Informatika, dan putrinya masih Tingkat Dua di Universitas Brawijaya jurusan Teknologi Bioproses. “Mungkin karena selama ini melihat kesibukan bapaknya, jadi tidak ada yang meneruskan tradisi Teknik Sipil,” ucapnya seraya tertawa.
Tradisi Teknik Sipil melekat padanya dan istrinya selama ini, Riesmawita, isterinya alumni Teknik Sipil dari ITB. Insinyur dan gelar MT – nya, dari pendidikan di ITB. Bertemu dengan isteri dan menikah di tahun 1996, dua tahun saat Bastari baru bekerja di Kementerian PU kala itu. Perjuangan membangun keluarga pun berlanjut, saat putranya baru lahir dan berusia 7 bulan, Bastari harus berangkat belajar ke Negeri Sakura, Jepang. Sekembalinya dari Jepang barulah putrinya lahir.
Saling bekerja keras bersama sang istri, bahkan saat menikahpun keduanya tidak mengambil cuti. Sang istri kembali ke Bandung mengajar di Universitas Winaya Mukti sekaligus menyelesaikan S2 nya di ITB. Bastari tetap di Jakarta menyelesaikan English for Academy Purpose dari program beasiswa Bappenas sembari bekerja. Pulang ke Bandung di saat libur akhir pekan, saat itu libur hanya hari minggu, ini berlangsung selama dua tahun. Sempat juga mengajar di Universitas Pancasila, saat sudah memutuskan menetap di Jakarta. Mengajar dan bekerja sebagai konsultan lepas, menjadi bagian kehidupan istrinya.
Bastari dan isteri baru mengambil cutinya saat berangkat menunaikan Ibadah Haji tahun 2012. Program Haji Regular selama 45 hari, saat itu bersama AA Gym ikut Program Tanazul. Ibadah Haji yang tidak naik kendaraan saat dari Mekah ke Arafah, berjalan kaki bersama sang istri sepanjang kl 24 km. “Malamnya singgah di Mina, Subuh sudah jalan lagi menuju Arafah, jam 9 pagi tiba di Arafah dan sudah waktu haji. Selepas Ashar kembali lagi dengan berjalan kaki kembali,” kenangnya, sekaligus menjadi gambaran kepribadian yang kuat pada keduanya.
Masih ada cukup waktu hingga nanti pensiun yang ke depannya Ir.Bastari M.Eng. , ingin menumbuhkan jiwa usaha. Harapannya, justru bidang usaha yang jauh berbeda dari bidang pekerjaan yang ia geluti selama ini, atau di luar bidang teknik. Sementara di bidang Teknik SDA nantinya, sebatas silahturahmi sebagai narasumber untuk berbagi pengalaman. Mengingat ia juga sebagai Ketua Bidang di Komisi Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar (KNI-BB). Juga masih Ketua Cabang HATHI (Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia) untuk Sulawesi Utara. Ilmu dan pengalamannya sudah tentu berarti untuk dibagi. Begitu berarti, juga dedikasinya menyelami bidang pengairan sejauh ini sebagai amalan ibadah, yang membawa manfaat besar bagi sumber kehidupan masyarakat dan lingkungan. []US.