Majalah Teknik Konstruksi.Com – Edisi Desember 2021. Proyek Pembangunan Bendungan Sadawarna. Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Percepatan Penyelesaian Proyek. Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Disampaikan Kepala Balai (Kabalai) Besar Wilayah Sungai Citarum, Ir. Bastari, M.Eng. , pembangunan Bendungan Sadawarna sesuai kontrak selesai di akhir tahun 2022. Namun, diupayakan untuk melakukan percepatan dan target selesai pada akhir Juli atau Agustus 2022. Dengan cara mengejar jadwal pekerjaan, terutama pekerjaan pada tubuh bendungan. Progres fisik sudah cukup baik, saat ini (24 November 2021-red) progres untuk pekerjaan di Paket 1 sebesar 67% dan Paket 2 sebesar 66 %. Dengan adanya percepatan jadwal penyelesaian proyek, bukan berarti mengorbankan kualitas. Berdasarkan kolaborasi Tim Sadawarna, menjadi satu-satunya bendungan dengan alat test laboratorium terlengkap.
“Wilayah Sungai Citarum terdiri atas banyak DAS ( 19 DAS/ 19 Daerah Aliaran Sungai-red). Sementara DAS yang terbesar adalah Das Citarum dengan luas 6.617 km², dan DAS terbesar kedua adalah DAS Cipunagara dengan luas 1.284 km². Dalam DAS Cipunagara inilah terdapat genangan Bendungan Sadawarna. Pembangunan Bendungan Sadawarna dibutuhkan, salah satunya guna memenuhi kebutuhan air baku di Kabupaten Subang, Indramayu dan Sumedang.Dengan masing-masing kapasitas 0,5 m³/detik untuk Kabupaten Subang dan Kabupaten Sumedang. Sedangkan untuk Kabupaten Indramayu 0,2 m³/ detik,” jelas Kabalai Bastari.
Kemudian, sambungnya, Bendungan Sadawarna juga memasok air untuk area irigasi Kabupaten Subang dengan luas 2.517 hektar, dan Kabupaten Indramayu seluas 1.677 hektar. Bendungan ini juga berfungsi untuk mengurangi banjir, sebesar 12 % atau sekitar 117 m³/detik. Proyek pembangunan Bendungan Sadawarna merupakan proyek strategis nasional / PSN, dengan tinggi bendungan sedang yaitu 40 meter dan panjang bendungan 929 meter. Dengan kapasitas tampungan total 67,94 juta m³, tampungan banjir 23,31 juta m³, dan tampungan efektif 41,05 juta m3.
Kepala Bidang (Kabid) Pelaksanaan Jaringan Sumber Air/PJSA BBWS Citarum,Tampang.S,ST,MT., menambahkan ; “Luas area yang membutuhkan air irigasi total seluas 4.284 hektar. Namun, saat ini masih irigasi tadah hujan. Bisa dikatakan saat ini IP (Index Pertanaman – red) padi-palawija hanya 150%, tetapi jika nanti Waduk Sadawarna sudah jadi dan berfungsi, dilengkapi saluran induk yang sudah dibangun sehingga IP-nya menjadi 300% dengan pola tanam padi-padi-palawija.”
Kepala SNVT (Kasatker) Pembangunan Bendungan BBWS Citarum, Sandi Erryanto, ST, MT., juga menambahkan; “Secara umum pengendalian banjir dilakukan dengan membuat Kolam Retensi dan membuat sistem Polder pada daerah hilir,dan tampungan yang cukup pada daerah hulu yang dapat berupa bendungan. Bendungan Sadawarna sendiri merupakan bendungan multipurpose, selain sebagai pengendali banjir juga akan menyuplai air irigasi dan air baku. Sebagai kelanjutan dari pembangunan Bendungan Sadawarna, yang nantinya sebagai sumber air baku dan irigasi, akan didesain IPA (Instalasi Pengolahan Air-red) dan jaringan air baku yang masuk ke bagian dari sistem pemanfaatan air Bendungan Sadawarna. Juga merevitalisasi jaringan irigasinya karena kebutuhan air irigasi cukup besar.”
# Pengadaan Lahan Bendungan Sadawarna #
Terkait pengadaan lahan, Kabid. PJSA, Tampang menerangkan ; “Progres pengadaan lahan sudah mencapai 57%,dan targetnya di bulan Juni 2022 nanti sudah rampung semua.Lahan yang belum bebas mayoritas di area genangan. Jadi secara signifikan sudah tidak mengganggu lagi, termasuk nantinya di akses jalan yang akan dikerjakan.Seiring dengan waktu, kemarin (23 November 2021-red) kami sudah musyawarah dengan masyarakat pemilik tanah dan mencapai kesepakatan. Kami optimis, hingga tahun depan (masalah lahan) sudah tidak mengganggu pekerjaan lagi. Sebelum peresmian atau sebelum impounding tahun depan,lahan sudah bisa dibebaskan karena secara umum semua pemilik tanah sudah tidak ada lagi yang komplain.” Namun,sambung Tampang, musyawarah kemarin ada 4-5 % yang belum setuju dari 610 bidang yang sudah dimusyawarahkan, karena masalah data luas/ tegakan/ bangunan menurut masyarakat belum selesai. Hal itu sudah kami sampaikan kepada BPN untuk merevisi, dan PPK Pengadaan Tanah juga sudah berkonsultasi untuk merevisi, dengan mengecek lebih dulu fakta di lapangan seperti berapa jumlah pohonnya, tetapi terkait harga mereka (warga yang terdampak) semua sudah setuju.
PPK Pengadaan Tanah Bendungan Sadawarna BBWS Citarum, Devi Kumalasari, ST, M.Eng., menambahkan; “Progres pembebasan tanah sekarang sekitar 57%, dari beberapa lahan terutama di lahan kehutanan seluas 433,91 hektar. Untuk kewajiban kami sebagai pemegang SK IPPKH (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan) sudah dipenuhi, yaitu satu tata batas, kedua pembayaran biaya investasi sudah clear. Pada lahan kehutanan untuk Jalan Lingkar (area prioritas) sudah dilakukan clearing seluas 2,9 hektar, dan pengurusan IPK (Izin Pemanfaatan Kayu-red). Untuk lahan Masyarakat, ada 4 desa yaitu : Desa Sadawarna sedang proses pengajuan pembayaran melalui LMAN, Desa Cibalandong Jaya sudah dilakukan musyawarah bentuk ganti rugi tahap ke 1 dan pada minggu depan rencana akan ada musyawarah tahap ke 2.”
Sedangkan lahan di Desa Surian dan Desa Suriamedal berbarengan sedang proses penilaian/appraisal, ujarnya. Insya Allah akan selesai di bulan Desember 2021 ini, kemudian dilanjutkan musyawarah bentuk ganti rugi dan bisa diajukan pembayarannya di bulan Februari 2022. Sementara untuk tanah TKD (Tanah Kas Desa) juga sedang berproses, menunggu izin gubernur yang nantinya tim dari provinsi akan melakukan survei ke lapangan untuk melakukan survei tanah TKD tersebut, dan untuk sisa tanah TKD lainnya informasinya akan ada revisi Peraturan Menteri Dalam Negri Nomor 1 Tahun 2016, bahwa untuk tanah TKD PSN akan diganti rugi dengan uang dan itu sangat memudahkan untuk penggantian. Menurutnya, ada 3 komponen tanah yang dibebaskan yaitu pertama Tanah TKD, kedua Tanah Kehutanan, ketiga Tanah Masyarakat. Pembebasan tanah masyarakat dibayar melalui LMAN (Lembaga Manajemen Aset Negara), dan untuk tanah kehutanan atau Perhutani kemarin sudah dibayarkan. Sedangkan pembebasan tanah TKD melalui izin Bupati kemudian izin Gubernur, dan bisa diajukan ke LMAN untuk pembayaran tanah TKD. “Saat ini masih satu langkah lagi, yaitu menunggu izin Gubernur. Kemudian nantinya kami ajukan ke LMAN, karena pemberkasannya sudah lengkap semua. Sementara itu, pengadaan tanah 100 % ditargetkan Juni 2022,” ungkap Devi.
# Perencanaan Bendungan Sadawarna#
PPK Perencanaan Bendungan, SNVT Pembangunan Bendungan, Pandhu Wiyoso Ardono, ST, M.Eng., mengungkapkan ; “Kami ditugaskan untuk Pengendalian Supervisi, dimana Tugas Supervisi di Bendungan Sadawarna bukan cuma mengawasi. Namun, salah satu tugas utamanya juga mereview desain. Pada desain awal, banyak yang belum bisa diperkirakan karena kondisi lahan yang masih tertutup, sehingga terdapat beberapa unforeseen condition.” Kemudian, sambungnya, tugas utama kami yaitu mereview kembali setelah kondisi (lahan proyek) terbuka. Permasalahan utama, geologi yang dijumpai di lapangan adalah terkait Sesar yang melintang pondasi Tubuh Bendungan, Bangunan Pengelak, dan Spillway. Dalam review terkait Sesar (patahan-red) yang ada di tubuh Bendungan Sadawarna ini, para ahli di Supervisi dengan kompetensinya dan diskusi dengan berbagai narasumber, bisa menghasilkan beberapa alternatif untuk mengatasinya.
“Pada awalnya, diperkirakan berlanjut ke paket 3 akibat dari temuan adanya Sesar tersebut. Namun, bisa dioptimasikan sesuai arahan Kepala Balai dan Satker Pembangunan Bendungan. Sehingga,penambahan nilai kontrak akibat adanya Sesar tidak terlalu banyak yaitu sekitar 10% dari nilai kontrak awal. Lokasi yang dilalui Sesar, salah satunya di Conduit. Alternatifnya, berdasarkan hasil perhitungan, perlu dilakukan penambahan Borepile pada pondasi Conduit tersebut, sebanyak 72 titik, diameter 40 cm, dengan kedalaman variasi dari 6 meter hingga 12 meter,” ujarnya.Penambahan Borepile paling banyak di pondasi Mercu Spillway. Dengan kondisi tanah yang sama dan dilalui jalur Sesar,dilakukan penambahan Borepile diameter 40 cm, jumlah lebih dari 1.000 titik, kedalaman maksimum hingga 18 meter.Optimasi berikutnya, di Palung Sungai,desain awalnya digali sampai dengan 20 meter.
“Penanganannya harus ekstra hati-hati untuk galian sedalam itu, dan karena berdasarkan penyelidikan geologi tambahan ditemukan bahwa jika harus digali sesuai desain tetap akan ketemu batuan yang sama lemahnya.Disitu juga kami optimasi dan dicarikan solusinya. Sehingga kami bisa menghemat galian sampai 600.000 m³, juga timbunannya bisa dihemat.Optimasi ini yang selalu dikedepankan, untuk menghasilkan alternatif yang efisien dan efektif.Alhamdulillah, kami punya Tim Pengkaji dari Supervisi yang yang cukup kompeten,” ungkap Pandhu.
Disampaikan Team Leader PT. Bina Karya KSO, PT. Indra Karya, PT. Indah Karya, PT. Budhi Cakra Konsultan & Nadiputra Pratama, Didik Trimo Subandi, ME., bahwa kondisi geologi yang ditemukan setelah terbukanya lahan di lokasi bendungan diperlukan treatment pondasi, baik di bendungan maupun struktur terkait bendungan dengan melakukan review disain bukan perubahan desain. Sebagai contoh,pada tahun 2017 terbit peta gempa yang terbaru. Sedangkan disain awal,masih menggunakan peta gempa yang lama,dan masa konstruksi terkontrak di tahun 2018. Jadi masih ada kesempatan dilakukan penyesuaian koefisien gempa, berdasar peta gempa terbaru (tahun 2017). Oleh karena itu, perlu perkuatan struktur dan peningkatan mutu strukturnya.
“Masalah dengan Sesar yang melintasi bendungan dan Spillway, dilakukan treatment pondasi seperti dental concrete dan grouting yang lebih rapat. Sehingga timbul pekerjaan tambah, terkait dengan volume yang diperlukan untuk melakukan treatment pondasi dan peningkatan mutu, serta perkuatan struktur, baik bendungan dan struktur terkait bendungan tersebut. Info lainnya, bahwa berdasar investigasi seismic ditengarai bahwa jarak 1 km di sebelah Utara bendungan dinyatakan ada jalur Sesar baribis. Dilakukan investigasi dan peningkatan perkuatan bangunan, yang sudah mengikuti rekomendasi disain awal yang pada saat disain belum sempat dilaksanakan,” ungkap Didik.
Sementara target penyelesaian bendungan yang dipercepat sekitar bulan Juli atau Agustus 2022, lebih lanjut Pandhu mengatakan, harus mempersiapkan sertifikasi impounding. Salah satu syaratnya, harus punya dokumen RTD (Rencana Tindak Darurat – red), dan RTD itu pun juga harus dipercepat. Kegiatan RTD sangat penting di Bendungan Sadawarna ini, karena banyak unforeseen condition walaupun sudah diatasi dengan beberapa alternatif. Namun, harus tetap waspada. Kegiatan RTD yaitu mempersiapkan tindakan, jika terjadi kondisi darurat pada bendungan. Selain dengan melengkapi sistem early warning, melakukan koordinasi kelembagaan, yang nantinya bisa berjalan ketika terjadi kondisi darurat dan mempersiapkan jalur evakuasi.
Juga perlu diperhatikan, dampak dari kondisi darurat tersebut terhadap masyarakat di hilir. “Hal tersebut cukup kompleks. Salah satu cara agar bisa mengidentifikasi semua itu, adalah dengan membuat skenario realistis dampak bencana. Oleh karenanya, kami sangat bersyukur pemerintah sudah bekerjasama dengan World Bank untuk menghasilkan Software yang namanya InaSAFE versi 2.0. Software ini nantinya digunakan pada Studi RTD, guna menghasilkan perkiraan dampak kondisi darurat yang mungkin terjadi di Bendungan Sadawarna, dan kami berharap bisa dilakukan dengan baik,” harap Pandhu.
# Pelaksanaan Proyek Bendungan Sadawarna#
Pelaksanaan proyek Bendungan Sadawarna berdasarkan SPK, mulai tanggal 18 November 2018 dan berakhir 30 Oktober 2022, terdiri dari dua paket. Paket 1 dikerjakan oleh PT Wijaya Karya – PT Daya Mulia Turangga – PT Barata Indonesia, KSO. Paket 2 dikerjakan PT Nindya Karya – PT Adhi Karya, KSO. Biaya konstruksi keseluruhan paket 1 dan paket 2 sebesar Rp 1,9 triliun. Konsultan Supervisi Paket 1 dan Paket 2 adalah PT. Bina Karya, KSO, PT. Indra Karya, PT. Indah Karya, PT. Budhi Cakra Konsultan & Nadiputra Pratama.
“Proses pelaksanaan proyek Bendungan Sadawarna, kini sedang melakukan percepatan progres. Namun, masalah cuaca menjadi hambatan bukan kendala, tetapi hanya tantangan untuk bisa mengerjakan tepat waktu.Kemudian,bersama tim proyek melakukan beberapa tahap untuk mencapai progres yang direncanakan ,” ujar Kasatker Sandi Erryanto. Lanjut Sandi, sejak tahun 2018 hingga tahun 2021 ini, proyek pembangunan Bendungan Sadawarna belum pernah diperiksa oleh BPKP atau BPK. Namun, bulan kemarin sudah dilakukan oleh BPK terhadap progres fisik proyek dan keuangan. Selanjutnya, di bulan Desember 2021 ini akan dilakukan pemeriksaan penambahan biaya untuk addendum 10%, yaitu tambahan pekerjaan fisik di lapangan yang tidak terakomodir oleh design, memungkinkan adanya penambahan biaya sebesar 10% dari nilai kontrak awal.
“Di Bendungan Sadawarna ‘ada sejarah’ anggaran paket 3 sebesar Rp 180 miliar. Namun, kami optimasi bersama, sehingga rencana paket 3 itu di-cancel. Sementara untuk penambahan dana 10%, dengan mengoptimalkan dana yang ada. Jadi pembiayaan negara terhadap Bendungan Sadawarna bisa optimal, dengan kata lain yang bisa dioptimasi maka dioptimasikan. Jadi untuk penambahan 10% cukup wajar,” ujarnya.
Berikutnya, sambung Sandi, terkait pekerjaan Jalan Lingkar karena adanya relokasi jalan di kabupaten yang terkena dampak genangan. Sehingga perlu membuat Jalan Lingkar di sisi kiri dan kanan Bendungan Sadawarna, dan nantinya difungsikan untuk inspeksi dari bendungan itu sendiri. Mudah-mudahan bisa di selesaikan di tahun depan. Selain itu, tim proyek Bendungan Sadawarna kita tuntut untuk berinovasi dengan adanya bangunan – bangunan lain di dalamnya (di Kawasan Bendungan Sadawarna). Namun, juga ada bangunan-bangunan yang akan kita inovasikan bersama teman-teman, khususnya dalam segi arsiteknya.
Hal senada disampaikan PPK Bendungan Sadawarna BBWS Citarum, Danang Akhsanal Darojat, ST, M.Eng. ; “Kendala dalam pelaksanaan Bendungan Sadawarna, selain masalah geologi juga permasalahan lahan karena saat ini pengadaan tanah baru 57 %. Namun, itu sudah bagus karena hanya menyisakan di daerah genangan, tetapi pengaruhnya kepada jalan lingkar. Dimana Jalan Lingkar yang baru sebagai pengganti jalan lingkar lama, yang nantinya akan tergenang, baik yang berada di Kabupaten Subang maupun di Kabupaten Sumedang.”
Jalan lingkar yang nantinya akan tergenang itu, lanjut Danang, berada di Kabupaten Subang dengan panjang sekitar 7,5 km dan di Kabupaten Sumedang 10 km. Kemuadian akan ada pengganti Jalan Lingkar baru di Kabupaten Subang panjang 6,5 km, sedangkan di Kabupaten Sumedang 10,9 km. Jadi total dibangun Jalan Lingkar baru 17,4 km dan kini progresnya 9,26%. “Ada beberapa pekerjaan di lapangan yang memang belum dibebaskan. Oleh karena, kami melakukan pendekatan secara sosial terhadap warga yang terdampak pembebasan tersebut. Alhamdulillah respon mereka sangat baik, dengan mengizinkan pihak kontraktor untuk bekerja lebih dulu, meskipun pembayarannya baru terealisasi di bulan Desember 2021 ini sampai dengan Januari 2022 nanti,” ungkapnya.
Sementara terkait dengan material timbunan, lanjut Danang, mayoritas dari lahan genangan yang sebagian sudah dibebaskan seluas 31 hektar.Itu sudah menjadi borrow area. Memang sudah diarahkan oleh Supervisi, lokasi-lokasi borrow area yang masuk dengan kategori dan parameter yang sudah ditentukan. Ini sudah berjalan dan tidak ada masalah. Jadi secara keseluruhan kebutuhan material timbunan sebesar 1.490.000 m³, dan yang sudah ditimbun 62,63 %. Dijelaskan Danang, material timbunan ada 3 jenis. Bendungan Sadawarna tipenya Urugan Tanah dengan Inti Tegak. Jadi jenis tanahnya itu tanah Random yaitu jenis tanah yang ada di lokasi proyek di lahan genangan, yang di-mix sesuai ketentuan dari Supervisi dan sudah melewati uji laboratorium. Dilakukan pemadatan timbunan Random sampai dengan 8 kali lintasan bolak-balik.Tanah Random dihamparkan sampai setinggi 40 cm,kemudian dipadatkan dengan alat Vibro. Berikutnya, material Inti yaitu clay atau tanah lempung merah. Material Inti juga diambil dari borrow area. Timbunan tanah Inti per layer tebal 30 cm, dilakukan pemadatan dengan 10 kali lintasan.
Selanjutnya, timbunan tanah Filter,berupa material pasir yang tidak ada di lokasi proyek,tidak tersedia di borrow area sehingga pihak kontraktor mendatangkan pasir dari luar dan volumenya tidak terlalu besar sekitar 69.000. m³. Sementara bicara tentang hambatan, menurut Danang, hanya hambatan cuaca saja karena cuaca yang ada di Subang hampir setiap hari hujan, dari jam tiga sore sampai jam tujuh malam.Oleh sebab itu, disiasati oleh teman-teman kontraktor ( tim proyek di lapangan), pekerjaan timbunan dimulai dari jam enam pagi hingga sebelum jam tiga sore.Jadi bekerjanya lebih cepat 2 jam dan berakhirnya juga lebih cepat 2 jam. []Umi.S.
Video liputan ke proyek ini bisa dilihat di YouTube Majalah TEKNIK KONSTRUKSI
.