Majalah Teknik Konstruksi.Com – Edisi Oktober 2021. Rubrik LINGKUNGAN
# BERKEBUN DI RUMAH UNTUK KETAHANAN PANGAN #
Akibat Pandemi COVID-19, ketahanan pangan menjadi hal yang penting untuk menjaga kesehatan fisik. Ketahanan pangan berupa ketersediaan dan akses pangan yang baik dan bergizi. Selain itu semakin banyak kegiatan yang berpindah dilakukan di rumah, dengan banyaknya anggota keluarga yang beraktivitas di rumah, sehingga kebutuhan ruang di dalamnya berkembang. Pemanfaatan area berkebun, untuk memenuhi kedua kebutuhan ini menjadi peluang yang dapat diterapkan dalam skala keluarga. Salah satu pemanfaatan area berkebun adalah dengan menerapkan urban farming, sebagai solusi ketersediaan dan akses pangan yang mudah.
Urban farming adalah kegiatan bercocok tanam atau beternak secara mandiri di wilayah perkotaan dengan lahan terbatas, dan hasilnya bisa untuk dikonsumsi sendiri, maupun dijual sesuai kebutuhan. Metode urban farming yang populer untuk diterapkan terdiri dari: a)Vertikultur, yaitu menanam dengan media tanah dan kompos secara bertingkat atau bertumpuk karena keterbatasan lahan. Tanaman sayur yang biasa ditanam dengan sistem ini adalah aneka jenis bawang, tomat, terong, dan cabai. b) Wall gardening, memanfaatkan dinding sebagai area penanaman, c) Hidroponik, budidaya tanaman yang memanfaatkan air bernutrisi sebagai media tanam, tanpa tanah. Tanaman yang tumbuh baik dengan sistem ini contohnya sawi, bayam, kale, dan kangkung. d) Aquaponik, sistem menanam yang diintegrasikan dengan budidaya hewan air (ikan, udang, siput, dan lain-lain) yang juga dapat dipanen. Kotoran dari kolam akan dimanfaatkan tanaman di atasnya sebagai nutrisi. Menghasilkan bahan makanan pangan segar dan tanpa bahan kimia untuk konsumsi rumah tangga adalah menambah pendapatan dalam skala mikro, membuat udara di lingkungan rumah lebih segar. Membentuk ruang untuk bersosialisasi yang asri, dan mengurangi sampah rumah tangga dengan memanfaatkan sampah organik untuk tanaman.
Kegiatan berkebun di rumah sendiri memiliki proses istimewa yang melibatkan kegiatan menyemai tanaman, merawat, memanen, dan memasak hasilnya yang merupakan pembelajaran penting bagi anggota keluarga untuk menghargai pangan dan lingkungan.Dampaknya,lingkungan dengan adanya kebun-kebun ini yaitu mengembalikan sebagian ekosistem alami, dengan memberi tempat bagi burung, kupu-kupu, dan lebah. Teras dan sekitar rumah dapat menjadi area yang menyenangkan dan teduh untuk belajar, berkumpul dan mengalami langsung gaya hidup sehat. Misalnya, pada sistem hidroponik, biaya yang dikeluarkan untuk berkebun cukup murah, dengan menyediakan media tanam rockwool/busa, pupuk nutrisi, wadah, dan bibit tanaman. Selain itu di area berkebun diperlukan instalasinya seperti rak,pipa air, pompa air, pompa, dan lain-lain sesuai kebutuhan. Proses penanaman ini tidak menggunakan tanah,dan tanaman dapat ditanam secara bertingkat untuk memaksimalkan hasil panen. Per m2 dapat ditanam hingga 25 tanaman dengan keuntungan panen 200-400 ribu rupiah tiap panen sayuran hijau, seperti sawi, selada, bayam, dan kangkung. Berat tanaman ini berkisar 200-600 gram per tanaman,dan dapat dipanen dalam jangka satu hingga dua bulan. Pada penanaman microgreen, tanaman kecambah berdaun, panen dapat dilakukan sepuluh hari sekali tanpa memerlukan banyak cahaya matahari.
Desain area berkebun di rumah mempengaruhi efektivitas pemanfaatan area berkebun dan hasil panen. Rata-rata rumah memiliki sebanyak 40% lahan hijau atau teras dari luas tanahnya. Pemanfaatan bagian tersebut dapat dilakukan dengan membuat instalasi untuk sistem urban farming. Ketiganya memanfaatkan instalasi dengan bentuk rak vertikal, dan kolam ikan khususnya untuk sistem aquaponik. Letak, material dan ukuran dari rak ini tentunya dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan pengguna di kebun.Misalnya, di teras depan, kebun yang juga dapat dimanfaatkan untuk area bertamu yang memiliki sirkulasi udara lancar. Karena itu, rak dapat disusun sebagai pagar untuk privasi teras, juga dibentuk menyusun kursi, meja, hingga menyangga kanopi, peneduh sekaligus rak gantung tanaman. Di teras belakang, pemanfaatan ruang yang biasanya untuk menjemur pakaian, juga dapat memanfaatkan instalasi rak ini.
Jika ditambah modul rak berbentuk dudukan, meja, dan kanopi, maka teras belakang menjadi area bersantai untuk makan, beristirahat, bekerja, dan menyimpan barang yang dikelilingi oleh berbagai tumbuhan. Pemilihan desain area berkebun ini mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk ke kebun, sirkulasi udara, kenyamanan berkegiatan di dalamnya. Ide desain rak untuk urban farming ini membuat area teras menjadi kaya fungsi dan menambah nilai estetika ruangannya. Teras yang bersifat outdoor dan semi outdoor ini dapat dimanfaatkan juga sebagai ruang tamu, dapur, ruang keluarga, area laundry, dan lain-lain. Kapasitas dari instalasi ini dapat dimanfaatkan untuk berkebun hidroponik untuk 20-25 tanaman sayur per m2 teras. Panen dapat dilakukan hingga setiap hari, apabila menyemai benih sayur tiap minggu setelah dipanen. Jumlah dan jenis sayur dapat dipilih sesuai kebutuhan gizi dan selera untuk ketahanan pangan keluarga. Pengalaman menanam dan menikmati hasil panen di dalam ruang berkebun sendiri, membuat gaya hidup yang lebih sehat, hemat, dan berkelanjutan. []Rosalinar Maya, S.Ars.