Majalah Teknik Konstruksi.Com-Edisi September 2021
Pembangunan Bendungan Way Apu (Kab.Buru, Prov.Maluku)
Kontraktor Pelaksana dan Supervisi
# Pelaksanaan Paket 1 Kondisi Geologi Cukup Kompleks #
Pelaksanaan Pembangunan Bendungan Way Apu Paket-1 dilaksanakan oleh PT. PP Persero (Tbk.) – PT. Adhi Karya Persero (Tbk.), KSO. Nilai kontrak konstruksi Paket-1 Rp 1.069.480.985.000.- termasuk PPN. Masa pelaksanaan berdasarkan kontrak 28 Desember 2017 – 27 Desember 2022. Lingkup pekerjaan Paket 1 meliputi ; Pekerjaan Persiapan, Pekerjaan Pengelakan (Bangunan Pengelak), Bendungan Utama (Main Dam), Seepage dan Drainase, Bangunan Shaft Pengaman. Saat ini (31 Juli 2021) progres proyek Paket -1 adalah 26,57%.
Project Manager Paket-1 PT. PP Persero (Tbk.) – PT. Adhi Karya Persero (Tbk.), KSO. , Ir. Arif Sambodo, mengungkapkan bahwa dimulainya waktu pelaksanaan berdasarkan kontrak adalah 28 Desember 2017, tetapi realisasinya baru bisa mulai pekerjaan pada 12 Agustus 2020. ”Adanya tantangan non teknis yakni pekerjaan fisik sempat tertunda karena proses pembayaran santunan atas lahan, yang memakan waktu kurang lebih 2,5 tahun (12 Agustus 2020). Selain itu, juga kondisi cuaca di daerah Pulau Buru, pada tahun lalu hanya 40% cuacanya cerah dengan sinar matahari yang terik, dan 60% yang dipenuhi dengan hujan. Hal tersebut membuat produktifitas galian dan timbunan dalam pelaksanaan proyek menurun. Sehingga perlu strategi dan metoda khusus, dalam mengerjakan galian dan timbunan tubuh bendungan,” ujarnya. Sementara tantangan teknis, jelas Arif, dimana Pulau Buru secara geologi regional tersusun atas beberapa jenis batuan, tetapi didominasi oleh batuan Metamorf dan salah satunya Sekis.
Sekis merupakan jenis batuan Metamorf, dengan ciri memiliki foliasi (pensejajaran mineral) dan tersusun atas Mineral Mika, dan batuan ini terdapat di lokasi bendungan. Bendungan berada pada batuan Sekis yg berumur tua, dengan kondisi geologi yang cukup kompleks. Kondisi geologi yang cukup kompleks tersebut, menjadi tantangan dalam proses pembangunan bendungan. Tantangan tersebut dialami saat penggalian terowongan, karena berdasarkan data geologi yang ada sebagian besar batuan mengalami proses hancuran, yang disebabkan adanya aktifitas alterasi hidrotermal yang mengisi retakan pada tubuh batuan. Sehingga batuan tersebut sebagian besar masuk kategori batuan dengan kualitas jelek (poor rock), maka diperlukan strategi dan metoda khusus untuk menanganinya.
Dengan berbagai kendala yang terjadi di lapangan, Arif Sambodo menjelaskan terkait metode pelaksanaan untuk mempercepat progres. Antara lain ; Pertama, galian Maindam dan Main Cofferdam. Hasil galian Maindam dan galian Main Cofferdam, perlu dikelompokkan untuk jenis hasil galian. Hasil galian yang bisa dipakai untuk timbunan kita angkut ke stock pile. Sedangkan hasil galian yang tidak sesuai spesifikasi untuk timbunan, dibuang ke disposal. Tahap-1 (sandaran Kanan ) bendungan dan Tahap-2 (sandaran Kiri), dapat dilakukan secara bersamaan tanpa menunggu pekerjaan pengelakan terowongan selesai terlebih dulu.Sebelum galian sampai ke level tertentu, dilakukan pengelakan saluran bagian open terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan po-sisi bendungan berada tepat pada pertemuan dua sungai, yakni Sungai Way Apu dan Sungai Way Teba. Khusus untuk tahap-3, baru dapat dilaksanakan penggalian setelah river clouser (Terowongan Pengelak sudah berfungsi). Hal ini disebabkan karena lokasi tahap-3, tepat berada dilokasi sungai. Untuk lokasi tertentu (elevasi galian di bawah elevasi sungai) galian tidak dapat dilakukan secara frontal, melainkan dibagi secara zonal dengan luasan tertentu. Hal ini untuk mengurangi proses dewatering pada saat penggalian. Setelah satu zona galian sesuai dengan elevasi design atau lapisan pondasi yang sudah mencukupi sesuai spesifikasi, dilanjutkan dengan pelaksanaan timbunan. Metode ini dilakukan khusus untuk lokasi timbunan zona-4 / random batu, di bagian upstream dan downstream tubuh bendungan.
“Sementara untuk galian di lokasi core / zona-1 / zona inti / sekitar As Bendungan, dilakukan sesuai dengan desain yang ada dan dilakukan dengan panjang tertentu (+ 100-200 m). Setelah galian selesai atau sesuai dengan design, baru dilanjutkan dengan capping concrete dan grouting untuk membuat bagian bawah As Bendungan menjadi kedap air. Setelah dicek kondisi grouting sudah merata dan sesuai spesifikasi, baru dilakukan timbunan zona-1 / inti tanah dan zona lainnya, sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan,” papar Arif. Kedua, tipe bendungan di Way Apu ini merupakan Bendungan Urugan Tipe Zonal dengan Inti Tegak. Namun, kondisi cuaca yang tidak menentu, maka untuk melaksanakan timbunan dengan strategi dan metoda khusus. Diantaranya, sisa waktu pelaksanaan yang relatif singkat karena tantangan secara sosial dan kondisi Terowongan Pengelak belum bisa difungsikan, maka pelaksanaan timbunan juga dilaksanakan secara 3 (tiga) tahap.
Tahap-1 (sandaran kanan) bendungan dan Tahap-2 (sandaran kiri) bendungan, khusus untuk timbunan Zona-4 (Random batu) dan Zona-5 (Rip-rap) bagian upstream dan downstream bendungan, timbunannya dapat dilaksanaan terlebih dulu sambil menunggu bagian core dilaksanakan capping concrete dan grouting, tanpa harus menunggu pekerjaan terowongan diselesaikan terlebih dulu. Untuk pelaksanaan timbunan, secara umum tidak berbeda dengan metoda timbunan dalam pelaksanaan pekerjaan bendungan tipe urugan, yang diterapkan secara umum di bendungan lainnya. Ketiga, sehubungan dengan kondisi batuan yang ada di sekitar terowongan, maka untuk menjawab tantangan tersebut dilakukan beberapa alternatif. Diantaranya, pada saat proses penggalian terowongan harus dilakukan dengan cara yang cukup hati-hati, kemajuan galian terowongan dilakukan maksimal 75 cm. Setelah itu dilakukan supporting, seperti steel support, shotcrete, wiremesh, rockbolt dan Long Steel Pipe Forepolling (LSPF).
Kemudian setelah supporting terpasang, galian untuk kemajuan berikutnya bisa dilaksanakan (satu siklus hanya bisa dilakukan untuk galian dan supporting sepanjang 75 cm) Pada kondisi batuan tertentu, perlu dilakukan tambahan supporting yakni pemasangan LSPF (Long Steel Pipe Forpoling). Hal ini dimaksudkan, untuk memperkuat kondisi batuan yang rentan mengalami keruntuhan di sekitar terowongan. Dalam proses monitoring pergerakan batuan di sekitar terowongan, juga dilakukan pemasangan titik-titik yang berfungsi untuk me-monitoring pola pergerakan, yang mungkin akan terjadi di dalam terowongan. Khusus untuk kemajuan galian terowongan,sangat tergantung dari nilai stand up time dan kondisi batuan yang mempengaruhi kekuatan / stabilitas disekitar terowongan pada saat penggalian berlangsung.
“Untuk pekerjaan galian terowongan di Bendungan Way Apu, mengingat sisa waktu pelaksanaan yang ada maka dilakukan percepatan yang semula penggalian dari satu sisi (face oulet) menjadi dari dua sisi (face Outlet dan Inlet). Sehingga memangkas rencana pelaksanaan galian terowongan, dari 12 bulan menjadi 6 bulan. Untuk pelaksanaan concreting terowongan dilaksanakan secara segmental, masing-masing 6.00 m per segmen. Sementara itu, khusus untuk pemasangan pembesian digunakan alat khusus, yakni staging besi dan untuk bekistingnya menggunakan sliding form,” jelas Arif Sambodo.
# Pelaksanaan Paket 2 Optimis Selesaikan Proyek Sesuai Target #
Pelaksanaan Pembangunan Bendungan Way Apu Paket-2 dilaksanakan oleh PT. Hutama Karya (Persero) – PT. Jaya Konstruksi, KSO. Nilai kontrak konstruksi Paket-2 Rp 1.013.417.167.000,- termasuk PPN. Masa pelaksanaan berdasarkan kontrak 28 Desember 2017, dan direncanakan selesai pada 31 Desember 2022. Lingkup pekerjaan Paket-2 meliputi ; Pembangunan Spillway, Pekerjaan Jalan, Bangunan Pengambilan dan Menara Pengambilan, Pekerjaan Hydromechanical, Bangunan Fasilitas Umum, Pekerjaan Clearing Genangan dan Pasang Patok batas genangan. Dan progres proyek sampai dengan 25 Juli 2021 sebesar 26,95%.
Project Manager Paket-2 PT Hutama Karya (Persero) – PT. Jaya Konstruksi, KSO. , Budiono, ST. , menjelaskan bahwa pembangunan Spillway panjang 343,78 m dan lebar 46 m, dengan 4 Radial Gate dan masing-masing pintu berukuran 7 m x 12 m. Sedangkan pengerjaan jalan, terdiri dari Jalan Akses ke bendungan panjang 2,30 km dan Jalan Inspeksi ke bendungan panjang 0,80 km. Desain perkerasan jalan meliputi LPB = 60 cm, LPA = 30 cm, AC-BC = 6 cm, AC-WC = 4 cm. Juga proteksi lereng dengan shotcrete, dan drainase U-ditch.
Sementara terkait tantangan selama pelaksanaan pembangunan Bendungan Way Apu Paket – 2 , Budiono mengungkapkan bahwa tantangan atau kendala sosial yakni terkait status lahan secara hukum, yang berada di areal Kawasan Hutan Lindung seluas 422,08 hektar. Pengurusan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Dimana IPPKH diperlukan karena pembangunan Bendungan Way Apu berada di Areal Kawasan Hutan Lindung seluas 422,08 hektar, dan syarat untuk memperoleh IPPKH harus memperbaharui atau adanya perubahan AMDAL, sesuai surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S.528 / MenLHK – PKTL/Ren/Pla 0/5/2018 tanggal 9 Mei 2018 perihal tanggapan atas Permohonan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan. “Untuk pembangunan Bendungan Way Apu di Kabupaten Buru Provinsi Maluku, selain IPPKH juga diperlukan Izin Lingkungan dari Gubernur Maluku. Sesuai dengan PP No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dinyatakan bahwa setiap usaha dan / atau kegiatan wajib memiliki AMDAL atau UKLUPL wajib memiliki Izin Lingkungan (Pasal 2 ayat (1)). Dengan kata lain, untuk mendapatkan Izin Lingkungan tersebut harus memiliki AMDAL,” jelas Budiono.
Menurutnya, dilakukan pembaruan AMDAL karena ada pergeseran lokasi As Dam sejauh 1,5 km ke arah hulu. Progres perubahan AMDAL mulai dilakukan tanggal 14 Mei 2018, proses pengumpulan data, sosialisasi dan penyusunan KA Amdal, membutuhkan waktu selama 2,5 bulan. Sehingga bisa dilaksanakan sidang pembahasan Amdal dengan Komisi Amdal Provinsi pada hari Senin 9 Juli 2018, bertempat di Ruang Rapat Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Maluku, dan 2 (dua) kali sidang Komisi yang selesai semua pada bulan Agustus 2018. Sehingga pada tanggal 10 September 2018 diterbitkan Ijin Lingkungan oleh Gubernur Maluku. Berdasarkan Ijin Lingkungan yang diterbitkan oleh Gubernur Maluku, maka proses selanjutnya adalah pengurusan penerbitan IPPKH dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan membutuhkan waktu 4 bulan, dan pada tanggal 28 Desember 2018 diterbitkan IPPKH oleh Kementerian LHK. Secara defakto masyarakat telah mengelola lahan bertahun-tahun dan turun-temurun di area kawasan hutang lindung tersebut, ungkap Budiono. Penyediaan lahan diterapkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2018 Tentang Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan Dalam Rangka Penyediaan Tanah Untuk Proyek Strategis Nasional, berupa pemberian santunan sesuai ketentuan dalam Perpres tersebut. Mengingat seluruh areal Bendungan Way Apu masuk dalam Kawasan Hutan seluas 422,08 hektar, dan pembayaran santunan kepada warga yang terdampak, dilakukan tanggal 12 Agustus 2020 oleh pihak BWS Maluku dan Pemerintah Daerah. “Itu adalah masalah non teknis. Sedangkan masalah teknis yaitu kondisi geologi yang perlu dianalisa secara teknis dahulu, sebelum dilakukan pelaksanaan pekerjaan. Hal tersebut juga membutuhkan waktu,” ungkapnya.
“Meskipun pekerjaan fisik sempat tertunda, karena proses pembebasan lahan yang memakan waktu kurang lebih 2,5 tahun. Namun,kami optimis akan dapat menyelesaikan proyek tersebut sesuai target. Tim di lapangan baru mulai pekerjaan konstruksi pada Agustus 2020 yang lalu, dan sampai tanggal 25 Juli 2021 ini progresnya sudah mencapai 26,95 %,” ujar Budiono optimis. Oleh karena itu, lanjutnya, beberapa upaya percepatan pun dilakukan untuk mencapai target tersebut, dengan tetap menerapkan protokol pencegahan penyebaran COVID-19 yang ketat. Pada pekerjaan galian, kami optimalisasi dari 32 bulan menjadi 19 bulan dengan meningkatkan jam kerja dengan kerja double shift dan upgrade spesifikasi alat berat, yang digunakan agar lebih cepat selesai. Tim proyek juga menggunakan steel formwork, yang difabrikasi khusus dan didatangkan langsung dari Jakarta. Sehingga penggunaanya lebih mudah dan cepat. “Disamping itu, kami akan tetap mengedepankan aspek Quality, Health, Safety, Security and Environment (QHS-SE). Sementara dalam pencarian Quarry penambangan batu dan pasir, untuk material konstruksi tersedia di kawasan lahan area bendungan. Oleh karena itu, pekerjaan produksi material konstruksi bisa dilakukan dengan lebih cepat. Tim di lapangan juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pertambangan setempat terkait hal ini,” ujar Budiono.
Deputy Project Manager Paket-2 PT Hutama Karya (Persero) – PT. Jaya Konstruksi, KSO. , M. Irfani, ST. , menambahkan ; “Unit produksi pada proyek ini berfungsi sebagai pendukung untuk supply material beton, yang nantinya akan digunakan pada pekerjaan struktur Spillway.”
“Dengan mempertimbangkan volume beton yang cukup besar, kami berencana menyiapkan unit produksi meliputi 2 unit Stone Crusher, 1 unit Sand Washer dan 2 unit Batching Plant. Pengadaan unit produksi ini, kami lakukan secara bertahap dengan menyesuaikan schedule rencana dari produksi beton. Untuk proses produksi material pada unit produksi, rencananya akan dilaksanakan double shift dengan tetap memperhatikan Quality, Health, Safety, Security and Environment (QHSSE),” ujar Irfani.
# Penambahan Desain #
Disampaikan Team Leader PT. Indra Karya (Persero) DE‐I ‐ PT. Raya Konsult ‐ PT. Multimera Harapan ‐ PT. Inakko Internasional Konsulindo.(KSO), Triyanto Efendy, ST. , bahwa sebelum pelaksanaan dan selama pelaksanaan pembangunan Bendungan Way Apu, hingga kini tidak ada perubahan desain. Namun, yang ada penambahan desain. Penambahan desain ini secara prinsip tidak merubah struktur desain utama. Penambahan desain tersebut adalah penambahan Bottom Outlet, karena harus ada dan sangat diperlukan serta diletakkan atau dipasang di bawah konstruksi Lining Trowong. Sementara terkait tantangan sebelum dan selama proses pelaksanaan proyek Bendungan Way Apu, Triyanto menjelaskan bahwa setiap pelaksanaan proyek selalu ada tantangan yang harus dihadapi, baik tantangan non teknis dan teknis.
Mengenai tantangan teknis, biasanya hasil perencanaan maupun sertifikasi selalu ada perbedaan kondisi lapangan, meskipun tidak banyak dan tidak terlalu prinsip. Contoh, hasil investigasi geologi, geoteknik, maupun hidrologi. Sehingga selama proses pelaksanaan proyek (on going), harus melakukan investigasi tambahan untuk mendukung maupun mengontrol parameter yang sudah dihasilkan dalam investigasi sebelumnya. Selanjutnya, melakukan kaji ulang desain, dan kaji ulang tersebut sampai mendekati kondisi riil di lapangan. Dan terkait hasil investigasi geologi, kondisi geologi di lokasi pembangunan Bendungan Way Apu, litologinya didominasi batuan Skiss dan Shale. Kriteria maupun kualitas batuan tersebut, tidak sebaik batuan Andesite maupun Basalt. Namun, dalam perencanaan sudah diantisipasi dengan kemiringan hulu hilir bendungan yang landai, sehingga stabilitas dan keamanan bendungannya terjamin.
“Sementara itu, mengenai tantangan non teknis terkait masalah sosial. Perbedaan kultur budaya, dari Tim Konsultan dengan kultur budaya masyarakat setempat maupun para pekerja lokal, kita harus pandai menyikapi agar tidak terjadi gesekan. Juga masalah perbedaan kultur budaya dari para personil Tim Konsultan, sehingga harus mengkondisikan serta menyamakan persepsi dalam proses pelaksanaan proyek,” ungkap Triyanto, mengakhiri wawancara dengan Teknik Konstruksi. [] Umi.S
Baca juga : Pembangunan Bendungan Way Apu.Balai Wilayah Sungai Maluku.
# Rubrik selanjutnya juga menarik untuk dibaca, yang ditulis dan didesain dengan apik bersama foto-foto yang indah di Majalah Teknik Konstruksi Edisi September 2021, yang bisa diperoleh di Toko Buku terdekat. Edisi terbaru terbit tiap bulan dan yang ingin berlangganan bisa menghubungi Whatshaap di web ini. Sisa stock edisi bulan sebelumnya dapat diperoleh di Tokopedia.
Bagi yang ingin memasang iklan di Majalah Teknik Konstruksi bisa menghubungi Whatshaap di web ini.