Majalah Teknik Konstruksi.com – Setelah penandatanganan kontrak, tim proyek PT Wijaya Karya (Persero) Tbk segera meminta semua data perhitungan DED kepada Pelindo IV, untuk dilakukan pengecekan oleh Biro Engineering WIKA, apakah DED tersebut aman untuk dikerjakan atau sebaliknya setelah dilakukan pengecekan didapatkan, bahwa DED yang diberikan yaitu untuk struktur pondasi tiang pancang dermaga tidak aman atau tidak kuat. Dari hasil temuan tersebut, tim proyek langsung membuat surat pemberitahuan kepada Project Management Officer (PMO) Pelindo IV, dengan inti pesan menyampaikan dasar analisis yang dilakukan oleh Biro Engineering WIKA, bahwa DED struktur pondasi tiang pancang tidak kuat. Setelah adanya surat tersebut, PMO Pelindo IV melakukan rapat pembahasan bersama konsultan perencana, pengawas, dan WIKA, guna memas-tikan bahwasanya DED tiang pancang tersebut tidak aman. Selain itu, PMO Pelindo IV pada saat yang bersamaan, juga mencari second opinion dengan melakukan pembahasan bersama konsultan independen, serta beberapa profesor dari perguruan tinggi negeri. Dari pembahasan yang cukup panjang, kurang lebih 2 bulan (November – Desember 2016), akhirnya dinyatakan bahwa benar DED pondasi tiang pancang dermaga tidak kuat. Sehingga perlu dilakukan review desain pada pondasi tiang pancang tersebut. “Review desain terhadap pondasi tiang pancang dilakukan kurang lebih 2 bulan (Januari-Febuari 2017), oleh konsultan perencana sampai mendapat persetujaun dari Direksi Pelindo IV,” ujar Visie Fairy Vradika – Manajer Proyek Pembangunan Dermaga Petikemas dan Reklamasi di Pelabuhan Sorong.
Lebih lanjut Visie menceritakan, setelah review desain disetujui oleh Direksi Pelindo IV, BPKP kemudian melakukan audit terhadap nilai kontrak yang bertambah akibat dari perubahan desain sebesar 47,15% dari nilai kontrak awal. Sesuai peraturan direksi (PD) Pelindo IV, bahwa pekerjaan tambah maksimal 10% dari nilai kontrak atau sama dengan pagu, maka lingkup pekerjaan WIKA dikurangi. Sehingga didapatkan pertambahan nilai kontrak PT WIKA hanya 8,8% dari nilai kontrak awal, atau bertambah Rp 26.377.415.000. Dengan demikian, nilai total kontrak WIKA pada proyek ini menjadi Rp 296.615.067.000 termasuk PPN. Persetujuan BPKP untuk perubahan desain tersebut, diterbitkan pada tanggal 5 Mei 2017. Pada akhirnya pekerjaan pemancangan, baru dapat dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2017 karena lokasi pekerjaan baru bebas. Pada saat pemancangan dimulai, tim proyek mengalami tantangan kembali yaitu kedalaman tiang pancang tidak bisa masuk sesuai kedalaman desain. Hal itu disebabkan oleh adanya perbedaan data tanah yang diberikan dari konsultan perencana. Dimana konsultan perencana menyatakan, bahwa lapisan tanah berupa pasir dengan kedalaman > 20 m memiliki nilai NSPT > 60. Sedangkan penyelidikan tanah ulang yang dilakukan PT WIKA menyatakan, lapisan tanah berupa batu keras di kedalaman > 5 – 10 m dari seabed dengan NSPT > 60. Gambaran sulitnya medan tersebut, semakin dikuatkan dengan tiang pancang yang hanya bisa tertanam dari seabed sedalam 5 10 m saja. Dengan kondisi pemancangan yang tidak bisa tertanam sesuai desain, tim proyek segera melaporkan hasil lapangan dengan mekanisme penyampaian surat ke PMO Pelindo IV,” kisah Visie. Feedbacknya, lanjut Visie, rapat koordinasi dengan berbagai pihak segera dieksekusi. Hal ini menjadi penting, agar solusi membuat dermaga menjadi kuat cepat diperoleh, dan diputuskan bahwa pekerjaan tetap dapat berjalan atau sebaliknya, juga setali tiga uang. Alhamdulillah, hasil rapat memutuskan WIKA tetap kukan pemancangan, tetapi pada saat yang sama PMO Pelindo IV akan mencari konsultan perencana yang dapat mereview terhadap perkuatan dermaga.
#ALTERNATIF DESAIN PERKUATAN DERMAGA#
Ada beberapa alternatif desain, yang diusulkan oleh WIKA untuk perkuatan Dermaga Sorong. Antara lain; 1) Pekerjaan preboring, sedalam kedalaman rencana akan dilanjutkan pemancangan. Sehingga kedalaman tiang pancang, dapat sesuai dengan kedalaman rencana. 2) Pekerjaan inner boring, yaitu menambah kedalaman dengan melakukan pengeboran tanah dari dalam tiang pancang yang sudah terpancang sedalam desain rencana. Kemudian hasil pengeboran, diisi dengan tulangan dan beton. 3) Membuat struktur perkuatan berupa dolphin, di belakang dermaga.“Dari alternatif desain yang dia-jukan tersebut, akhirnya diputuskan desain yang digunakan adalah membuat struktur perkuatan berupa dolphin di belakang dermaga. Desain ini baru pertama dilakukan untuk dermaga dengan analisa pondasi berupa sendi. Sementara pada umumnya, pondasi dermaga dianalisa dengan jepit,” ungkap Visie. Tantangan tidak berhenti sampai di situ. Selain kondisi dalam tanah yang berupa batu, tim proyek juga mengalami kendala saat pemancangan yaitu ditemukan adanya bangkai kapal dan material baja di dasar laut. Sehingga pemancangan tidak bisa dilakukan. Apakah tim ini panik karenanya? Tidak. Tim Proyek dengan cerdik melakukan pembersihan terhadap material tersebut, dengan menugaskan tim penyelam memetakan letak dan posisi secara pas. Setelah itu, terdata dengan lengkap alat crane telah siap, untuk mengangkat material-material tersebut.
Teknis bisa diatasi, problematika sosial langsung menghampiri. Kondisi itu adalah riil adanya. Ketika proses teknis masih mencari jalan keluarnya, pada saat yang sama tim proyek juga harus mencari penyelesaian terbaik, dengan lingkungan sekitar proyek agar situasi dan kondisi bekerja tetap dapat kondusif. Ada dua treatment, berkenaan dengan penanganan sosial kemasyarakatan di lingkungan sekitar proyek pembangunan Dermaga Sorong. Pertama, relokasi pangkalan kapal rakyat ke Pulau Dom. Area dermaga yang akan dibangun, berada pada area pangkalan kapal rakyat ke Pulau Dom. Sehingga untuk dapat melakukan pekerjaan dermaga, harus dilakukan relokasi pangkalan kapal rakyat tersebut.
Untuk hal itu, tim proyek ikut membantu memenuhi permintaan masyarakat dan pemilik kapal dalam membuat fasilitas di tempat lokasi pangkalan yang baru, seperti penerangan listrik dan penggalian area pangkalan kapal. Kedua, perihal tanah ulayat. Area pekerjaan rubble mound yang tengah dikerjakan tim, sempat diklaim olah masyarakat lokal setempat. Argumen yang disampaikan masyarakat kepada tim, bahwa area tersebut adalah tanah adat (ulayat) dan mereka meminta untuk dilaku-kan pembebasan tanah adat (ulayat).
Selama hal itu belum dipenuhi, maka WIKA tidak boleh bekerja. Menanggapi hal itu, Tim Proyek memilih untuk menyelesai-kannya secara kondusif dan kekeluargaan. Dengan apa? Melalui pendekatan komunikasi intens, dan membayar tanah adat tersebut. Tak hanya setelah transaksi dan serah terima tanah dilakukan, Tim Proyek juga menginisiasi adanya upacara pelepasan tanah adat sesuai dengan kebudayaan setempat.
# Uraian selengkapnya bisa dibaca di Majalah Teknik Konstruksi Edisi Mei 2021, dapat diperoleh di toko buku terdekat.
Edisi terbaru tiap bulan dan yang ingin berlangganan bisa hubungi Whatshaap di web ini.
SISA STOCK edisi bulan sebelumnya bisa diperoleh di Tokopedia.
Bagi yang ingin pasang iklan di Majalah Teknik Konstruksi silahkan hubungi juga Whatshaap di web ini.