Majalah TEKNIK KONSTRUKSI.Com – PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk, Divisi Infrastruktur II – Departemen Operasi II, melalui karya tulis dari R.M. Ihsan selaku Staff Engineer, bersama Aria Wirawan selaku Kepala Seksi Engineering, bermaksud membuat referensi dan pertimbangan, guna meningkatkan dan memperluas pengetahuan mengenai metode pelaksanaan dan monitoring full span lifting, dengan cara sinkronisasi perangkat lunak untuk alat angkat. Sehingga menghasilkan metode erection yang aman, dengan memenuhi kondisi equilibrium jembatan selama proses full span lifting. Sementara itu, perencanaan konstruksi jembatan ini juga didukung oleh Tim Departemen Biro Engineering yakni Bryan Mustika Suryawijaya sebagai Structure Engineer dan Bobby Novialdi sebagai Geotechnical Engineer, untuk menghasilkan metode yang optimal dan layak serta aman, sesuai peraturan yang berlaku.
Adapun rumusan masalah dari karya tulis tersebut, sebagai berikut: 1) Erection Main Span dengan kondisi COG ( centre of gravity) 6,1 meter dari atas lantai jembatan. Sehingga harus mempertimbangkan stabilitas selama proses erection. 2) Diperlukannya metode Full Span Lifting, dengan 4 titik angkat strand jack menggunakan komputerisasi monitoring, untuk meningkatkan keakuratan, kecepatan, dan kesalahan pembacaan batasan kontrol ketika erection.
Pelaksanaan Metode
FULL SPAN LIFTING MAIN SPAN
R.M. Ihsan menjelaskan, “Lifting merupakan metode pekerjaan konstruksi untuk memindahkan struktur dari satu tempat ke tempat lain, baik arah vertikal maupun horizontal dengan alat bantu angkat seperti SLU Jack, Crane, Tower Crane, dan lainnya. Metode lifting pada proyek Jembatan Tumbang Samba dilakukan secara full span lifting. Menggunakan 4 SLU Jack, berkapasitas masing- masing 185 ton, dengan total beban struktur yang diangkat 500 ton.”
Menurutnya, perbedaan proses lifting pada proyek Jembatan Tumbang Samba dengan proyek lainnya, seperti Jembatan Holtekamp, Musi VI, dan Jembatan Tayan, terletak pada sistem synchronize-nya. Belum ada proyek yang melakukan synchronize pada ke-4 titik angkat yang digunakan, dan struktur Jembatan Tumbang Samba termasuk struktur pelengkung yang ringan. Sehingga posisi centre of gravity berada di 114 tinggi struktur pelengkung, atau 6,1 meter dari total ketinggian 22,7 meter. Merupakan hal baru dan pertama dilakukan di lingkungan PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk., dalam pelaksanaan metode Full Span Lifting Main Span. Dalam pelaksanaan metode Full Span Lifting Main Span Jembatan Tumbang Samba, terdapat langkah-langkah pekerjaan, yang meliputi pekerjaan platform main span, assembly main span, assembly & tuning hanger, monitoring geometry surveyor, lifting frame & lifting point, dan full span lifting dengan syncronize system.
“Platform merupakan komponen dasar, yang digunakan untuk perakitan komponen main span jembatan. Komponen tersebut, harus dilakukan karena keterbatasan kondisi lapangan yang harus direkayasa. Sehingga main span bisa dirakit persis di bawah lokasi seharusnya, dengan selisih elevasi lebih kurang 9 meter. Platform juga digunakan untuk mendukung pelaksanaan pengaturan chamber. Mengingat chamber tersebut, merupakan faktor penting terhadap kualitas pekerjaan,” jelas Aria Wirawan.
#Uraian selengkapnya ditulis dan diterbitkan di Majalah TEKNIK KONSTRUKSI Edisi April 2021. Bisa diperoleh di toko buku terdekat. ATAU hubungi Whatshaap di web ini. Sisa stock bisa diperoleh di Tokopedia dan Bukalapak.