Majalah TEKNIK KONSTRUKSI.Com – Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida, Maryadi Utama, ST, M.Si, menerangkan; “Saat ini BWS Bali-Penida sedang membangun dua bendungan, yaitu Bendungan Sidan dan Bendungan Tamblang. Sementara progres Bendungan Sidan realisasi 23% per akhir September 2020 dan belum mencapai progress rencana 25%. Hal itu akibat proses pembebasan lahan pada awal proyek, serta adanya beberapa perubahan desain, juga cuaca sering turun hujan. Namun, kini progres terus dikebut, supaya bulan depan dapat mengejar progres yang ketinggalan apalagi sekarang lahan sudah bebas. Luas lahan di proyek Bendungan Sidan yang harus dibebaskan total 81,8 hektar atau sebanyak 165 bidang.”
Berikutnya Kepala Balai menerangkan terkait kegiatan infrastruktur di BWS Bali-Penida ; “Selain membangun Bendungan Sidan dan Bendungan Tamblang, juga membangun Pengendalian Banjir di Tukad Unda di Kabupaten Klungkung, dan mengerjakan spot-spot irigasi untuk ketahanan pangan. Kemudian membuat tampungan air, diantaranya membuat sejumlah Embung. Kemudian menyiapkan air baku dan air tanah untuk masyarakat di 9 kabupaten kota, serta pengelolaan sumber air di 9 kabupaten kota tersebut.”
Semuanya itu ada programnya, tegas Maryadi Utama, dan terus berkelanjutan karena kebutuhan air baku di Bali maupun kebutuhan pangan masih kurang. Infrastruktur yang direhab maupun pembangunan baru, juga masih kurang. Untuk memenuhi hal itu, kami menyediakan infrastrukturnya. Sementara saat ini progres proyek Bendungan Tamblang hampir sama dengan progres proyek Bendungan Sidan, yakni sekitar 24%. Kondisi pembebasan tanah juga sudah selesai. Sedangkan masalah sosial masih bisa diatasi karena masyarakat di Bali ini kooperatif.
Sementara akibat pandemik Covid 19, dana APBN untuk proyek-proyek infrastruktur masih digunakan untuk refocussing penanganan Covid 19 tersebut. Namun, proyek-proyek infrastruktur hingga kini masih tetap berjalan dengan keterbatasan dana yang ada. “Kami berharap, kedepannya pelaksanaan proyek Bendungan Sidan maupun Tamblang dapat berjalan sesuai rencana, karena saat ini masih terkait dengan refocussing Covid-19 dan pihak ketiga masih bekerja, mudah-mudahan akan lebih lancar,” harap Kepala Balai.
Kepala SNVT (Kasatker) Pembagunan Bendungan BWS Bali-Penida, Ir. I Gusti Putu Wandira, SP1., menambahkan ; “Sekarang sebagian besar lahan sudah bebas. Sementara lahan yang masih tersisa karena masih dalam proses pembebasan, adalah lahan tegakan 21 bidang tanah milik pemda provinsi dan lahan warga sebanyak 5 bidang masih proses konsinyasi. Juga 2 bidang lahan sedang proses melengkapi kekurangan data, seperti sertifikasi asli yang diminta LMAN.”
Terkait dengan pelaksanaan proyek Bendungan Sidan yang mengalami perubahan desain, I Gusti Putu Wandira menerangkan ; “Saat ini progres pembangunan Bendungan Sidan belum mencapai target dari progress rencana. Hal itu akibat beberapa permasalahan yang ada di lapangan, dan salah satunya akibat perubahan desain. Jika mengenai perubahan desain yang kecil-kecil tidak menjadi masalah. Namun, apabila perubahan desain itu menimbulkan ide-ide yang baru karena tidak ada dalam kontrak, sehingga memerlukan inovasi-inovasi yang baru pula dan memerlukan kajian yang lebih detil. Bahkan waktu pelaksanaan bisa mundur dari rencana, juga berakibat tidak mencapai progres rencana.”
Salah satu perubahan desain yakni terjadi pada lereng atau tebing sekitar Bendungan Sidan dan Jalan Akses, karena kondisi lerengnya cukup tinggi dan terjal. Akibat kondisi tersebut, sehingga memerlukan proteksi perlindungan tebing. Setelah dievaluasi bersama, serta dari hasil diskusi terakhir diputuskan menggunakan Soldier Pile, dan sudah didiskusikan oleh KKB (Komisi Keamanan Bendungan-red) dan Balai Teknik Bendungan. Namun, masih didiskusikan terkait dengan jumlah, dan diameternya juga efisiensi biaya.
“Di proyek Bendungan Sidan ini, tidak hanya satu yang mengalami perubahan desain. Selain perubahan desain pada perkuatan lereng dengan Soldier Pile, juga ada permasalahan pada inti dari tubuh bendungan. Tipe Bendungan Sidan adalah Zona dengan Inti Tegak, dan berdasarkan desain awal material inti dari clay. Rencananya material clay diambil dari lokasi sekitar bendungan, dan di borrow di selat kiri dan kanan bendungan berjarak 15 km dengan volume yang ada sekitar 200 ribu m3. Sedangkan kebutuhan untuk timbunan inti clay 160 ribu m3,” ungkap Kasatker.
Sementara syarat volume clay yang ada di borrow, adalah dua kalinya volume yang akan diambil untuk timbunan. Selain itu, juga ada permasalahan dengan Index Plastic (IP) yang kecil, tidak sesuai dengan IP desain awal. Selanjutnya, ada ide mengganti clay dengan aspal, yang saat ini masih proses kajian dengan para ahli. Di negara lain sudah banyak yang menggunakan inti bendungan dengan aspal. Jika nantinya hasil kajian diputuskan inti clay diganti dengan inti aspal, maka Bendungan Sidan menjadi bendungan inti aspal yang pertama di Indonesia.
PPK Pembangunan Bendungan Sidan, Wayan Andi Frederich Gunawan, ST, MT., mengungkapkan; “Saat ini masalah lahan sudah clear, hanya masalah tegakan yang masih proses administrasi saja. Terkait pekerjaan di lapangan, kami sudah melakukan percepatan tetapi masih terkendala faktor cuaca yang sangat menghambat pekerjaan. Lokasi pembangunan Bendungan Sidan ini posisinya pada ketinggian, sehingga curah hujannya juga tinggi. Namun, kami semaksimal mungkin mengejar progres supaya mencapai schedule yang direncanakan.”
Pekerjaan di lapangan terus dikebut dan bekerja secara simultan, terutama yang berkaitan dengan tubuh bendungan di sandaran kanan, maupun pekerjaan jalan. Masyarakat mengharapkan ada jalan yang jadi penghubung antara Kabupaten Badung dengan Kabupaten Gianyar yang saat ini masih dalam proses pelaksanaan. Salah satu kendala pekerjaan jalan adalah kondisi topografinya dengan tebing-tebing yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, ujarnya, kami melakukan proteksi tebing lebih dulu.
Sementara pekerjaan jalan sedang dalam proses penyelesaian, lanjut Wayan Andi Frederich Gunawan, dan paralel dengan pekerjaan sandaran kanan bendungan. Progres pekerjaan jalan sudah dirigid, sedangkan yang belum selesai hanya beberapa titik yang mendekati sungai. Disebabkan tebing di sekitar jalan yang mendekati sungai tersebut, tingginya kurang lebih 90 meter. Kondisi itu harus diperhitungkan kemiringannya sebelum dilakukan penggalian, tidak bisa dikupas begitu saja.
#Uraian selengkapnya ditulis dan diterbitkan Majalah Teknik Konstruksi Edisi November 2020
Bisa diperoleh di Toko Buku terdekat. ATAU yang ingin mendapatkan edisi terbaru tiap bulan dan yang ingin berlangganan silahkan hubungi whatshaap marketing di www.majalahteknikkonstruksi.com
Sisa stock edisi sebelumnya bisa diperoleh di Tokopedia dan Bukalapak